Minggu, 10 Februari 2013

Oseng - oseng Mercon

Liburan kuliah kali ini terasa sebentar sekali, hal ini karena waktu pulang ke kampung halaman cuma satu minggu. Itu pun dilaksanakan dengan 5 hari sakit di rumah. Harus buru - buru balik ke Jogja untuk suatu agenda tertentu. yah terasa berbeda sekali rasanya ketika berada dirumah dan di kosan. Padahal di jogja pun masih sepi karena liburan masih 2 minggu lagi. Walhasil di Jogja hanya termenung sendiri.

Agar mengurangi rasa kesal dan males karena dikosan sendirian,  pas malem minggu diputuskan untuk jalan. Malioboro pun menjadi tujuan pertama, setelah jalan dan berkeliling sebentar tiba - tiba perut yang belum diisi sejak sore pun berdendang meminta diisi.(he"), padalah tidak ada niatan untuk maem jadi tidak ada planing mau makan kemana.

Sampai naik motor pun masih belum tau mau makan dimana, sampai - sampai ga sadar udah sampai pertigaan PKU dekat 0 km, kerena lampu berwarna hijau akhirnya terus ku jalankan motor kebarat sedikit. Karena sudah terlalu pengen makan akhirnya kuparkirkan motor kira - kira 200 m dari pertigaan PKU di tenda biru utara jalan.

Sampai ditempat makan tersebut langsung dengan spanduk besar yang bertuliskan "Oseng - Oseng Mercon", hal pertama yang terpikirkan adalah rasanya yang pasti pedas.  Mulut bakal berdecak kepedasan saat melahap makanan ini seperti dimasukin mercon(he). warungnya ga terlalu besar dan panjang jadi sempat kesusahan juga pas kehabisan tempat. tapi ada solusinya yaitu dengan di "gelarin klasa(tikar)" tapi sayangnya kalo yang lain pakai meja, kita dapatnya yang tak bermeja. hemm tempatnya lesehan semua kok hanya saja ada yang pakai meja untuk temapt piring ada yang ga.

Oseng - oseng mercon

Kami pun mulai pesen, harganya lumayan mahal ni untuk yang oseng - oseng mercon stardar harganya 11.000 rupiah. Tapi karena yang diunggulkan oleh warung ini merupakan oseng merconnya akhirnya saya pesen satu oseng mercon. Ga terlalau lama untuk mendapatkan seporsi oseng merconnya. Oseng mercon disini bahan bakunya adalah daging sapi yang biasanya ada pada bagian kulit, lemak, kikil dan sedikit daging. Bumbu yang digunakan kayaknya bumbu alami untuk warna hitamnya aja masih menggunakan gula jawa, rempah dan cabai yang extra banyak.

Saat mulai menyantap osengnya pertama - tama tidak berasa begitu pedas, sedikit kecewa pada awalnya karena pas awal tidak langsung berasa pedas. Setelah beberapa kali makan mulai berasa pedasnya di lidah, dan semakin dikunyang tiba - tiba keringat mulai menetes dan seluruh muka mulai memerah. Semakin terasa enak lanjut terus memakan oseng - osengnya sampai tetes terakhir(he). Hemm lumayan membuat panas juga ini masakannya. Tapi sayanga pedasnya belum sampai membuat bibirku mati rasa. Mungkin pedasnya banyak mericanya jadi pedasnya tidak langsung berasa dilidah tapi langsung berasa panas diperut. hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Linux

Cisco