Selasa, 11 Juni 2013

Metodologi Penelitian Pendidikan

Catatan Selama Makul ini :

Penelitian Pendidikan


Pengertian Penelitian Pendidikan


kegiatan sistematis untuk mencari jawaban yang benar atau mendekati kebenaran tentang permasalahan pendidikan berdasarkan penalaran yang logis dan rasional, serta didukung oleh fakta empirik.

Tujuan Penelitian Pendidikan


Menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, konsep, prinsip, dan generalisasi tentang pendidikan

  1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah;

  2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas;

  3. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan;

  4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable);

  5. Meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PBT;

  6. Meningkatkan kerjasama professional di antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.


Manfaat Penelitian Pendidikan


—  Sebagai peta yang menggambarkan tentang keadaan pendidikan  dan menggambarkan tentang kemampuan sumber daya tentang kemungkinan mengembangkan serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan.

—  Sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab kegagalan serta masalah   yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan sehingga dengan mudah dapat di carai upaya penyelasaiannya.

—  Sebagai dasar menyusun kebijakan dalam menyusun setrategi pengembangan pendidikan.

—  Sebagai masukan yang akan memberikan gambaran tentang kemampuan dalam pembiayaan, peralatan, perbekalan serta tenaga kerja baik secara kualitas maupun kuantitas sangat berperan bagi keberhasilan dalam bidang pendidikan. (M.Toha Anggoro, Metode Penelitian).

Jenis Penelitian Pendidikan



  1. Penelitian Deskriptif


Para peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertensu secara jelas dan sistematis.  Penelitian deskriptif disebut juga penelitian praeksperimen, karena dalam penelitian ini mereka melakukan eksplorasi, menggambarkan, dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.

Penelitian deskriptif hanya berusaha menggambarkan secara jelas dan sekuensial terhadap pertanyaan penelitian yang telah ditentukan sebelum peneliti terjun kelapangan dan mereka tidak menggunkan hipotesis sebagai petunjuk arah dalam penelitian.

  1. Penelitian Eksperimen


Penelitian ekperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang ada. Karena dalam penelitian eksperimen para peneliti melakukan tiga persyaratan dari suatu bentuk penelitian. Ketiga persyaratan tersebut, yaitu kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian eksperimen peneliti juga harus membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi dua grup, yaitu grup treatment atau yang memperoleh perlakuan dan grup control yang tidak memperoleh perlakuan.

Penelitian eksperimen karene peneliti sudah melkukan kegiatan mengontrol maka hasil penelitian dapat menentukan hubungan kausal atau sebab dan akibat. Penelitian eksperimen juga diharuskan menggunakan hipotesis dan melalui pengamatan, peneliti menguji hipotesis tersebut dalam kondisi eksperimen, yaitu kondisi yang sudah dimanipulasi sedemikian rupa (laboratorium), sehingga tidak ada kontaminasi diantara variabel yang diteliti. Bidang kedokteran, pertanian, psikologi dan bidang teknik adalah diantara bidang-bidang ilmu pengetahuan yang banyak menggunakan penelitian eksperimen.

  1. Penelitian Tindakan Kelas


Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial  (termasuk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan  berikutnya adalah  pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan  tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.

Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi  diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.

Terdapat dua  hal pokok  dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu :

  1. untuk memperbaiki praktik

  2. untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksana-  kannya

  3. untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.


Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau  Classroom Action Reserach  (CAR).  PTK  adalah  penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan  untuk memperbaiki atau meningkatkan  kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

  1. Penelitian Kualitatif


Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.

Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

  1. Penelitian Kuantitatif


Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana dikemukana oleh Sugiyono (2009:14) dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.

  1. R & D


Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggung jawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan lain-lain.

Variabel Penelitian


Pengertian Variabel Pendidikan


Menurut Suharsimi Arikunto, variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Menurut Sugiyono, varibel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Kegunaan Variabel Pendidikan


Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data
Untuk pengujian hipotesis

Macam – macam variabel



  1. Variabel Independen (pengaruh, bebas, stimulus)


Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

  1. Variabel Dependen(dipengaruhi, terikat, output)


Variabel yang dipengaruhi atau akibat karena adanya variabel bebas.

Contoh: Pengaruh Iklan Terhadap Motivasi Pembelian. Iklan = Variabel Independen Motivasi Pembelian = Variabel Dependen.

  1. Varibel Moderator


Merupakan variabel yang mepengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan

antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai

variabel independen kedua. Contoh: Anak adalah variabel yang memperkuat hubungan suami isteri. Pihak ketiga adalah variabel yang memperlemah hubungan suami isteri.

  1. Variabel Intervening


Merupakan variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau diukur. Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan (Independent) dengan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan Loyalitas (Dependen).

  1. Variabel Kontrol


Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Contoh: Apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus D3 dan S1 maka harus ditetapkan variable control berupa gaji yang sama, peralatan yang sama, iklim kerja yang sama, dan lain-lain. Tanpa adanya variabel kontrol maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan karena faktor pendidikan.

Skala Pengukuran


Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti. Dengan demikian instrument yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variable yang ditelti. Jika variablenya lima maka instrumennya lima.

Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala.

Jenis Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yanga digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat  ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Contohnya timbangan emas sebagai instrument untuk mengukur berat emas.

Jenis-jenis skala pengukuran ada empat : skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratio.

Skala nominal



  • Skala pengukuran nominal merupkaan skala pengukuran yang menyatakan kategori (penamaan; nomos=nama), kelompok atau klasifikasi dari konstruk yang diukur dalam bentuk variabel

  • Contoh: jenis kelamin merupakan variabel yang terdiri dari dua ketegori: Pria dan wanita.Skala pengukuran jenis kelamin dapat dinyatakan dengan angka: 1 Pria, 2. Wanita

  • Skala nominal bersifat saling meniadakan (mutually exclusive): Contoh responden hanya memiliki kategori pria saja atau wanita saja.

  • Skala nominal bersifat collectively exhaustive yaitu tidak ada kategori yang lain kecuali dinyatakan dalam skala nominal. Contoh variable yang memiliki mutually exclisive dan collectively exhaustive adalah status perkawinan dan agama yang dianut responden.


Skala nominal adalah skala yang paling sederhana, disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik yang lainnya.

Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokkan atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif tetapi hanya menunjukkan perbedaan kualitatif. Adapaun ciri-ciri dari skala nominal adalah:

a.       Kategori data bersifat mutually exclusive (salign memisah).

b.      Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang), Hasil perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan, Angka yang tertera hanya lebel semata.Tidak mempunyai ukuran baru, Dan tidak mempunyai nol mutlak.

Contoh Skala nominal

Adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan indeks, atau nama saja dan tidak mempunyai makna yang lain. Contoh:






























Data



Kode (a)



Kode (b)


Yuni14
Desi22
Ika33
Astuti41


Keterangan: Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata hanyalah untuk memberi tanda saja, dan tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan antara satu data dengan data yang lain. Kode tersebut dapat saling ditukarkan sesuai dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b) tanpa mempengaruhi apa pun.

Skala ordinal



  • Skala yang selain mengandung unsur kategori/penamaan juga menunjukkan peringkat/urutan

  • Skala ini tidak menunjukan jarak daninterval


Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun secara runtut dari yang rendah sampai yang tinggi. Skala ordinal skala yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai skala yang terendah atau sebaliknya.

Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data saling memisah, kategori data memiliki aturan yang logis, kategori data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya.

Contoh Sklaa Ordinari

Skala Ordinari Adalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak. Contoh:






























Data



Skala Kecantikan (a)



Skala Kecantikan (b)


Yuni

4



10


Desi

3



6


Ika

2



5


Astuti

1



1




Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni paling cantik (dengan skor tertinggi 4), dan Astuti yang paling tidak cantik dengan skor terendah (1). Akan tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Yuni adalah 4 kali lebih cantik dari pada Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukkan skala pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan. Selain itu, selisih kecantikan antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih kecantikan antara Desi dan Ika meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama (1). Skala kecantikan pada (a) dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil penelitian.

Skala nominal dan skala ordinal biasanya mempergunakan analisis statistik non parametrik, contoh: Korelasi Kendall, Korelasi Rank Spearman, Chi Square dan lain-lain.

Skala Interval


 

  • Skala yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak konstruk yang diukur.

  • Skala ini dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan 5, atau 1 sampai dengan 7.

  • Skala ini menggunakan konsep jarak yang sama (equality interval)karena skala ini tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan.


Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan data yang lain dengan bobot nilai yang sama, sementara menurut (Uhar) dalam bukunya, metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. Menjelaskan bahwa skala interval adalah skala pengukuran yang mana jarak satu tingkat dengan yang lain sama. Ciri-ciri dari skala ini menurut uhara ada lima :

1.      Kategori data bersifat saling memisah.

2.      Kategori data memiliki aturan yang logis.

3.      Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karaaktristik khusus yang dimilikinya.

4.      Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.

5.      Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam skala (tidak punya nilai nol absolut)

Contoh Skala interval

Skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh:






























Data



Nilai Mata Kuliah (a)



Skor Nilai Mata Kuliah (b)


Yuni

A



4


Desi

B



3


Ika

C



2


Astuti

D



1




Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan 4, B setara dengan 3, C setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B adalah sama dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis dengan selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan bahwa Yuni adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Astuti, atau Ika dua kali lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak.

Skala Ratio


Skala yang menunjukan kategori,peringkat, jarak dan perbandingan construct yang diukur. Skala rasio menggunakan nilai absolut

Skala ini adalah skala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak. Dengan demikian skala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas dan akurat.

Contoh Skala rasio

Adalah skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Contoh:






























Data



Tinggi Badan



Berat badan


Yuni

170



60


Desi

160



50


Ika

150



40


Astuti

140



30




Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatan antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh; Yuni mempunyai berat badan dua kali lipat berat Astuti, atau, Desi mempunyai tinggi 14,29% lebih tinggi dari pada Astuti.

Skala Sikap


Skala ini hanya digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu sosiologi dan pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus mengukur sikap. Beberapa skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan social antara lain :

Skala likert


Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan prsepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosialyang terjadi. Hal ini sudah sepesifik dijelaskann oleh peneliti. Yang selanjutnya disebut sebagai variable penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel , kemudian menjadi indicator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian.

Penyataan atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam bentuk skala likert, yang diungkapkan melalui kata-kata misalnya ; setuju, sangat setuju, tidak pasti, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Skala guttuman


Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan konsisten, yaitu ya-tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak yakin, setuju-tidak setuju, dll.

Semantic defentrial


Skala differensial digunakan untuk mengatur sikap perbedaan simantik, responden untuk menjawab pernyataan dalam satu garis kontinum yang bertentangan yaitu positif negative. Data yang diperoleh biasanya data interval yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang atau kelompok.

Skala ini berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti : panas-dingin, baik-buruk, dll. Karakteristik bipolar mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek :

a.       Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik satu objek

b.      Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak.

c.       Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan satu objek

Contoh :

netral

Cerdas                                                                                                                           bodoh

0          1             2            3            4            5             6          7            8         9

Rating scale


Berdasarkan ketiga skala semua data yang diproleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah data mentah yang didapar berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari data kualitatif yang sudah tersedia, tapi menjawab dari jawaban kuantitatif, dengan demikian raing scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja.

Teknik Sampling


Populasi dan sample dalam penelitian yang menggunakan survei tidak dapat dihindarkan karena populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Maka dari itu populasi dan sampel harus memiliki kejelasan baik dari segi scope, ukuran, maupun karakteristiknya. Oleh karena itu kejelasan populasi dan ketepatan pengambilan sampel akan menentukan validitas proses dan hasil penelitian.

Populasi


Populasi merupakan kumpulan objek penelitian yang akan dijaring atau dikumpulkan. Populasi penelitian terdiri dari populasi sampling dan populasi sasaran. Populasi sampling adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi sasaran adalah populasi yang benar – benar dijadikan sumber data. misalnya kita akan meneliti bagaimana rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fakultas Teknik Informatika UNY dan kita hanya akan mefokuskan penelitian kita pada mahasiswa yang aktif di lembaga-lembaga kemahasiswaan, maka seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNY adalah populasi sampling, sedangkan seluruh mahasiswa yang aktif dalam lembaga kemahasiswaan adalah populasi sasaran.

Konsep tentang populasi juga termasuk Jumlah Populasi(Population Numbers) dan Ukuran Populasi (Population Size). Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang dijadikan objek penelitian yang dinotasikan dengan huruf K. Misalnya, ketika kita meneliti tingkat rata-rata prestasi akademik mahasiswa fakultas teknik. Maka jumlah populasinya adalah Konsep tentang populasi juga termasuk Jumlah Populasi(Population Numbers) dan Ukuran Populasi (Population Size). Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang dijadikan objek penelitian yang dinotasikan dengan huruf K. Misalnya, ketika kita meneliti tingkat rata-rata prestasi akademik mahasiswa fakultas teknik. Maka jumlah populasinya adalah satu (1) aitu kategori mahasiswa. Sementara itu jika meneliti Sikap Civitas akademika FT UNY terhadap kebijakan rektor dalam menaikkan biaya pendidikan, maka jumlah populasinya sebanyak kategori yang terkandung dalam konsep civitas akademika misalnya terdiri dari kategori mahasiswa, dosen, dan staf administratif. Jadi jumlah populasinya ada tiga (3). Ukuran populasi adalah banyaknya unsur atau unit yang terkandung dalam sebuah kategori populasi tertentu dilambangkan dengan huruf N. misal ketika meneliti bagaimana rata – rata tingkat prestasi akademik mahasiswa FT UNY, maka jumlah populasi ada satu dan ukuran populasinya adalah 30.234 orang (sesuai dengna jumlah mahasiswa yang terdaftar resmi di FT UNY).

Sampel


Sampel adalah sebagian dari unsur populasi yang dijadikan objek penelitian. Jika penelitian menggunakan sampel maka  yang akan didapat adalah ciri –ciri sampel yang diupayakan bisa menaksir ciri –ciri populasi. Sampel juga terdapat jumlah sampel dan ukuran sampel dimana pengertiannya sama dengan Jumlah dan ukuran populasi. Lambang jumlah sampel adalah k, sedangkan lambang ukuran sampel adalah n.

Jumlah sampel dan sifat sampel yang diteliti akan sangat menentukan uji statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian. Ketepatan dalam memilih uji statistik inferensial merupakan salah satu unsur penentu validitas atau kesahihan penelitian.

Sampel representatif dalam sampel yang memiliki ciri karakteristik yang sama atau relatif sama dengan ciri karakteristik populasinya. Tingkat representatif sampel tergantung pada jenis sampel yang digunakan, ukuran sampel yang diambil, dan cara pengambilannya. Cara atau prosedur yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi disebut teknik sampling.

Untuk menentukan ukuran sampel yang digunakan belum ada kesepakan oleh para ahli, namun beberapa literatur menyebutkan 5% hingga 10% uttuk menentukan ukuran sampel yang diambil. Sehubungan dengan hal itu, I Gusti Bagoes Mantra dan Kasto dalam buku yang ditulis oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (1989) menyatakan sebelum kita menentukan berapa besar ukuran sampel yang harus diambil dari populasi tertentu, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan yaitu:

Derajad Keseragaman Populasi (degree of homogenity).

Jika tingkat homogenityn-nya tinggi maka sampel yang diambil boleh sedikit, begitu juga sebaliknya. Untuk menetukan tingkat homogenitas dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji statistik tertentu.

Tingkat Presisi(level of precisions)

Tingkat presisi terutama digunakan untuk penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional, yakni suatu pernyataan peneliti tentang tingkat keakuratan hasil penelitian yang diinginkan. Tingkat presisi biasanya diyatakan dengan taraf signifikansi(α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05(5%) atau 0,01 (1%), sehingga keakuratan hasil penelitian (selang kepercayaan) 1-α yakni bisa 95% atau 99%. Jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,01 maka ukuran sampel yang diambil harus lebih besar dari pada ukuran sampel jika menggunakan taraf signifikansi 0,05

Rancangan Analisis

Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian. Misalnya, kita akan menggunkan teknik analisis data dengan statistik deskripti; penyajian data menggunakan tabel-tabel distribusi frekuensi silang (tabel silang) atau tabel kontingensi dengan ukuran 3X3 atau lebih dimana pasti mengandung sel sebanyak 9 buah, maka ukuran sampelnya harus besar. Hal ini untuk menghindarkan adanya sel dalam tabel tersebut yang datanya nol (kosong), sehingga tidak layak untuk dianalisis dengan asumsi-asumsi kotingensi. Jika kita menggunakan rancangan analisisnya hanya menggunakan analisis statistik inferensial, maka ukuran sampelnya boleh lebih kecil dibandingkan apabila kita menggunakan rancangan analisis statistik deskriptif saja. Dengan kata lain, rancangan penelitian deskriptif membutuhkan ukuran sampel yang lebih besar daripada rancangan penelitian eksplanatif.

Alasan – Alasan tertentu

Alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasn yang ada pada peneliti, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain. (Catatan: Alasan ke-4 ini jangan digunakan sebagai pertimbangan utama dalam menentukan ukuran sampel, sebab hal ini lebih berkaitan dengan pertimbangan peneliti (tanpa akhiran an) dan bukan pertimbangan penelitian (metodologi).

Selain faktor diatas, pada beberapa buku menyebutkan rumus untuk mengentukan jumlah sampel yang diambil dari populasi. Jika ukuran populasinya sudah pasti, Rumus Slovin dapat digunakan :

Keterangan :

n          = ukuran sampel

N         = ukuran populasi

e          = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir misal 5%. Batas kesalahan yang ditolerir untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1% - 5% atau 10%

Jika ukuran populasinya besar yang didapat dari pendugaan proporsi populasi maka Rumus Yamane yang harus digunakan :

d          = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan

Kerangka Sampling (Sampling Frame)

Adalah sebuah daftar yang memuat data mengenai seluruh unit atau unsur sampling yang terdapat pada populasi sampling. Secara sederhana kerangka sampling merupakan daftar nama yang terkandung dalam populasi penelitian

Jenis Sampel

Berdasarkan prosedur atau cara yang digunakan dalam mengambil sampel,dapat di identifikasi dua jenis sampel yaitu :

Sampel Probabilitas(probability sampling)/sampel random

Sampel yang prinsip pengambilannya berdasarkan pada prinsip teori peluang, yaitu prinsip memberikan peluang yang sama kebada seluruh unit populasi untuk dipilih sebagai sampel. Sampel ini diambil menggunkan teknik sampling probabilitas atau teknik sampling random. Memiliki tingkat representasi yang lebih tinggi dari pada sampel non probabilitas.

Sampel NonProbabilitas(nonprobability sampling)/sampel nonrandom

Sampel yang pengambilannya didasarkan pada pertimbangan – pertimbangan tertentu (bisa pertimbangan penelitian atau pun pertimbangan peneliti). Pengambilan sampel dengan pertimbagnan – pertimbangan tertentu.

Teknik Sampling Probabilitas (Teknik Sampling Random)


Simple Random Sampling(Teknik sampling random sederhana)


Adalah sebuah sampel yang diambil sedimikian rupa sehingga setiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Syarat yang harus dipenuhi menurut Singarimbun dan Effendy, 1989

  1. Harus tersedian kerangka sampling

  2. Spopulasi bersifat homogen

  3. Ukuran populasi tidak tak terbatas

  4. Keadaan populasi tidak terlalu tersebar secara geografis


Teknik Pelaksanaannya ada dua cara :

  1. Mengundi unsur – unsur penelitian dalam populasi, (biasanya menggunakan teknik seperti kocokan arisan)

  2. Menggunakan tabel angka random


Systematic Random Sampling (Teknik sampling random sistematik)


Data yang didapat sangat besar sehingga tidak memungkinkan menggunakan teknik sampling random sederhana. Persayratan yang harus dipenuhi sama seperti teknik sampling random sederhana. Caranya pengundian hanya dilakukan sekali untuk menentukan unsur awal yang akan diambil. Penentuan unsur sampling selanjutnya menggunakna interval sampel.

Interval sampel merupakan angka yang menunjukan jarak antar nomor – nomor urut yang ada pada kerangkan sampling yang digunakan untuk memilih unsur kedua dan seterusnya hingga unsur ke – n. interval sampling dilambangkan dengan huruf k. penentuan interfal sampling adalah dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel sehingga

Stratified Random Sampling (Teknik Sampling random Berstrata)


Digunakan apa bila populasinya heterogen. Makin heterogen suatu populasi, makain besar pula perbedaan sifat – sifat antara lapisan tersebut untuk dapat menggambrkan secara tepat tentang sifat – sifat populasinya, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi – bagi kedalam lapisan – lapisan (strata) yang seragam atau homogen dan setiap strata dpat diambil sampel sampel secara random.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi :

  1. Harus ada kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi.


Contoh : populasi penelitian adalah Seluruh mahasiswa UNY, dalam kenyataannya karakteristik mahasiswa UNY tidak sama sebab di UNY terdapat mahasiswa D3, S1,S2 yang mempunyai karaktertistik yang berbeda. Maka populasi tersebut (baca : mahasiswa UNY) harus dibagi kedalam strata (subpopulasi), yaitu Subpopulasi mahasiswa D3, Subpopulasi mahasiswa S1, Subpopulasi mahasiswa S2.

Secara teoretis, yang dapat dijadikan kriteria untuk pembagian strata itu ialah variabel-variabel yang akan diteliti atau variabel-variabel yang menurut peneliti mempunyai hubungan yang erat dengan variabel-variabel yang hendak diteliti itu. Misalnya, tingkat motivasi belajar mahasiswa erat kaitannya dengan jenjang pendidikan yang diikutinya. Jadi, dalam penelitian tentang motivasi belajar mahasiswa, jenjang pendidikan dijadikan dasar dalam menentukan strata populasi.

  1. Harus ada data pendahulu dari populasi mengenai kriteria yang digunakan untuk stratifikasi.


Misalnya data mengenai pembagian jenajng pendidikan pada mahasiswa UNY didasarkan pada kenyataan bahwa UNY memang terdapat berbagai jenjang pendidikan.

  1. Jumlah satuan element dari setiap strata(setiap ukuran subpopulasi) harus diketahui dengan pasti.


Hal ini dibutuhkan untuk membuat kerangka sampling untuk setiap sub populasi.

(Harap dicatat, bahwa teknik sampling random strata ini baru efektif dalam menentukan ukuran sampel yang harus diambil dari setiap strata dan belum mampu menentukan siapa saja sampel yang harus diambil untuk dijadikan responden penelitian). Untuk menentukan saampel sasaran atau responden masih perlu dilanjutkan dengan menggunakan teknik sampling random sederhana atau teknik sampling random sistematik, setelah sebelumnya dibuatkan kerangka sampling untuk setiap subpopulasinya.

Sampel strata terdiri dari 2 macam :

  1. Sampel Strata Proporsional


Digunakan bila proporsi ukuran subpopulasi atau jumlah satuan elementer dalam strata relatif seimbang relatif sama besar. Dari setiap strata diambil sampel yang sebanding dengan besar setiap stata yang berpatokan pada pecahan sampling (sampling fraction) yang sama yang digunakan. Pecahan sampling adalah angka yang menunjukkan persentase ukuran sampel yang akan diambil dari ukuran populasi tertentu

Contoh jumlah keseluruhan UNY ada 25.000 orang, sehihngga ukuran populasi nya 25.000. Berdasarkan perhitungan tertentu misalnya kita menggunakan Rumus Slovin, sampel yang harus diambil sebesar 2.500 orang mahasiswa, maka pecahan samplingnya adalah 0,10 (10%) yang di peroleh dengan cara membagi ukuran sampel yang dikehendaki dengan ukuran populasi (n/N). dengan demikian, maka setiapsubpopulasi (starta) harus diambil sampel sebesar 10 %.

Penggunaan teknik sampling random starta proporisonal agak kurang tepat jika proporsi ukuran subpopulasinya (jumlah satuan elementer pada strata) tidak seimbang, ada yang jumlahnya besar ada pula yang jumlahnya kecil, sehingga  kalu digunakan teknik sampling strata proporsional dapat kejadian ukuran subpopulasi sama dengan ukuran sampelnya. Padahal jika ukuran sampel sama dengan ukuran populasinya (total sampling/sensus) maka data yang diperoleh dari sampel tersebut tidak bisa diolah dengan menggunakan statistik inferensial.

  1. Sampel Strata Disproporsional


ukuran sampel yang diambil dari setiap subpopulasi (strata) sama besarnya, yang berbeda adalah pecahan samplingnya. Satu hal yang perlu dicatat dan diingat, jika menggunakan teknik sampling ini, nanti pada waktu analisis data, data yang diperoleh dari sampel masing-masing strata harus dikalikan dengan bobot yang disesuaikan pada strata tersebut.

Langkah pertama yang dilakukan adalah mentukan ukuran sampel untuk setiap strata dengan membagi ukuran populasi dengan jumlah kategori strata.

Langkah ke dua menetukan jumlah pecahan sampling dengan cara mebagai ukuran sampel dengan ukuran sampel strata terkait.

Menentukan bobot di sesuaikan dengan cara mem membagi 1 dengan pecahan strata.

Contoh :

Pendidikan       Populasi       Populasi     Sampling        Sampel        Disesuaikan

D3                   10.000             40%               0,063                  625                15,87 5

S1                   8.000               32%               0,078                 625                 12,82 4

S2                   5.000               20%               0,125                 625                   8,30

S3                   2.000                 8%               0,313                 625                   3,19 1

_______       _____           _____

25.000          100%            2.500

Keterangan:

· Ukuran sampel ditetapkan 2500, dibagi rata pada setiap strata (625).

· Pecahan sampling berbeda-beda pada setiap strata (n/N).

· Karena sampel setiap strata tidak proporsional dengan strata yang bersangkutan dalam populasi, maka data pada setiap strata harus dikalikan dengan bobot (bobot yang disesuaikan). Bobot diperoleh dengan rumus: 1/ps atau satu dibagi pecahan smpling. Untuk memudahkan perhitungan, bobot dibulatkan dengan angka terrendah sebagai standar (bernilai 1). Misalnya, 15,87/3,19 = 4,97, dibulatkan menjadi 5.

Cluster Random Sampling (Teknik Sampling Random Klaster)


Teknik ini digunakan untuk ukuran populasinya yang tidak diketahui dengan pasti, sehingga tidak memungkinkan untuk dibuatkan kerangka samplingnya dan keberadaanya tersebar secara geografis atau terhimpun dalam klaster – klaster yang berbeda.

Contoh :

populasi sebuah penelitian kita adalah seluruh murid Sekolah Dasar (SD) yang ada di Wilayah Kota Bandung. Tidak mungkin kita dapat menghimpun semua data anak SD dalam sebuah daftar yang akurat, kalaupun mungkin, pasti daftar itu akan sangat panjang dan memerlukan waktu serta biaya yang tidak sedikit untuk menyusunnya. Maka kelompok siswa SD itu kita buat berdasarkan nama sekolahnya. Kelompok anak SD itu disebut klaster. Klater dapat berupa sekolah, kelas, kecamatan, desa, kelurahan, RW, RT, dan sebagainya. Apabila klaster itu bersifat wilayah geografis yang kecil, maka pengambilan sampelnya dapat dilakukan satu tahap (simple cluster sampling). Misalnya, wilayah penelitian kita ada di Kelurahan Gunung Sampah, yang terdiri dari 10 RW, maka kita dapat memilih beberapa RW secara random untuk dijadikan wilayah penelitian dengan konsekuensi seluruh penduduk sasaran di RW itu harus dijadikan sampel (responden).

Akan tetapi jika klasternya besar atau wilayah geografisnya besar, maka pengambilan sampel tidak cukup hanya satu tahap, melainkan harus beberapa tahap. Dalam keadaan yang demikian gunakanlah teknik sampling klaster banyak tahap (multistage cluster sampling). Misalnya kita akan meneliti pendapat seluruh ibu rumah tangga yang ada di wilayah Kota Bandung tentang konversi bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji. Populasi penelitiannya adalah seluruh ibu rumah tangga yang ada di Kota Bandung. Kota Bandung kita bagi dulu ke dalam Wilayah Bandung Timur, Bandung, Barat, Bandung Selatan, dan Bandung Utara. Dari setiap wilayah itu kita jabarkan lagi pada kecamatan-kecamatan, lalu ambil secara random, misalnya, dua kecamatan dari setiap wilayah sehingga diperoleh delapan kecamatan. Apabila kita berhenti sampai di sini, maka seluruh ibu rumah tangga yang berdomisi di delapan kecamatan terpilih itu adalah sampel penelitian kita. Tetapi jika kita merasa jumlahnya masih terlalu besar, maka kita boleh menjabarkan wilayah kecamatan terpilih itu menjadi kelurahan-kelurahan, sehingga wilayah kecamatan tadi kita jadikan populasi sampling. Dari situ secara random, misalnya, kita ambil dua kelurahan dri setiap kecamatan terpilih, sehingga kita memiliki 16 kelurahan sebagai wilayah penelitian dengan konsekuensi seluruh ibu rumah tangga di 16 kelurahan itu harus dijadikan responden. Jika dirasakan masih terlalu banyak jumlahnya, kita diperbolehkan untuk menurunkan lagi wilayah penelitian pada wilayah yang lebih kecil, misalnya RW, dan seterusnya dengan cara yang sama

Teknik Sampling Nonprobabilitas (Teknik Sampling Nonrandom)


Dalam menentukan sampel dengan menggunakan taknik sampling nonrandom, tidak menggunakan prinsip kerandoman (prinsip teori peluang). Dasar penentuannya adalah pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti atau dari penelitian. Sebagai konsekuensinya, teknik sampling nonrandom ini tidak dapat digunakan apabila penelitian kita dirancang sebagai sebuah penelitian eksplanatif yang akan menguji hipotesis tertentu, misalnya penelitian korelasional, karena rumus uji statistik inferensial tidak dapat diterapkan untuk data yang berasal dari sampel nonrandom. Teknik sampling ini secara luas sering digunakan untuk penelitian-penelitian eksploratif atau penelitian deskriptif.

Ada beberapa jenis sampel nonrandom yang sering digunakan dalam penelitian sosial/penelitian komunikasi, di antaranya adalah:

Sampel Aksidental (accidental sampling)


Sampel ini sering disebut sebagai sampel kebetulan yang pengambilannya didasarkan pada pertimbangan kemudahan bagi peneliti (bukan penelitian), sehingga sampel ini sering kali disebut convenience sampling atau sampel keenakan. Orang-orang ilmu statistika bahkan menyebutnya sebagai sampel kecelakaan, karena saking tidak representatifnya sampel tersebut. Sebisa mungkin, hindari untuk menggunakan sampel ini, jika kesimpulan penelitian kita ingin memperoleh kemampuan generalisasi yang tepat.

Sampel Kuota (quota sampling)


Teknik sampling kuota merupakan teknik sampling yang sejenis dengan teknik sampling strata. Perbedaannya adalah ketika mengambil sampel dari setiap strata tidak menggunakan cara-cara random, tetapi menggunakan cara-cara kemudahan (convenience). Caranya, tentukan ukuran sampel dari masing-masing strata lalu teliti siapa sejumlah orang yang sesuai dengan ukuran sampel yang ditentukan tadi, siapa saja asal berasal dari strata tersebut.

Sampel Purposif (purposeful sampling)


Teknik ini disebut juga judgemental sampling atau sampel pertimbangan bertujuan. Dasar penetuan sampelnya adalah tujuan penelitian. Sampel ini digunakan jika dalam upaya memperoleh data tentang fenomena atau masalah yang diteliti memerlukan sumber data yang memilki kualifikasi spesifik atau kriteria khusus berdasarkan penilaian tertentu, tingkat signifikansi tertentu. Misalnya, untuk meneliti kualitas cerita Film Ayat-ayat Cinta kita memerlukan reponden yang memiliki kualifikasi komptensi dalam bidang perfilman atau bidang komunikasi. Maka sampelnya adalah para kritikus film, para dosen produksi film, para ahli sinematografi, dan lain-lain.

Instrument Penelitian


Pengertian Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara – cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

“Cara” menunjuk pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian adalah: angket (questionnaire), wawancara atau interviu (interview), pengamatan (observation), ujian atau tes (test), dokumentasi (documentation), dan lain sebagainya.

Pengertian Instrument Penelitian


Dalam penelitian bidang pendidikan, teknik pengumpulan data yang lazim adalah menggunakan instrumen. Dalam menjalankan penelitian, data merupakan tujuan utama yang hendak dikumpulkan dengan menggunakan instrument. Menurut (Arikunto, 1995;177) ‘’instrumen penelitian adalah sesuatu yang penting dan strategis kedudukannya dalam pelaksanaan penelitian.’’ . Instrumen Penelitian : adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Kualitas data sangat menetukan kualitas penelitian. Kualitas data tergantung pada kualitas alat (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pada dasarnya terdapat dua kategori instrument yang digunakan dalam penelitian, yakni :

  1. Instrument digunakan untuk memproleh informasi atau data tentang keadaan objek atau proses yang diteliti.

  2. Instrumen digunakan untuk mengontrol objek atau proses yang diteliti.


Data kondisi objek atau spesifikasi proses yang diukur dapat diulang dengan menggunakan dua instrument tersebut.

Dalam suatu penelitian kuantitatif (adanya jarak antara subjek dan objek) yang bersifat verifikasi hipotesis, instrument penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani antara subjek dan objek (secara subtansial antara hal-hal teoritis dan empiris, antara konsep dan data).

Teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah menggunakan adalah instrumen yang sempurna, wawancara, observasi, dokumentasi, sperti pada table di bawah ini.

 

Hubungan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


Melihat daftar jenis-jenis metode dan daftar jenis-jenis instrumen tersebut diatas, terdapat istilah-istilah yang sama, yaitu angket dan tes. Dengan demikian ada metode angket dan instrumen angket. Demikian juga ada metode tes dan instrumen tes. Memang instrumen angket digunakan sebagai alat bantu dalam penggunaan metode angket; demikian juga halnya dengan tes. Namun ada kalanya peneliti memilih metode angket tetapi menggunakan daftar cocok sebagai instrumen.

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat digunakan untuk berbagai macam metode.

Jika daftar metode dan daftar instrumen tersebut dipasangkan, akan terlihat kaitan dalam tabel berikut ini.


































No



Jenis Metode



Jenis Instrumen



1


Angket (questionnaire)Angket (questionnaire) Daftar cocok (checklist)

Skala (scala), inventori (inventory)

2


Wawancara (interview)Pedoman wawancara (interview guide) Daftar cocok (checklist)

3


Pengamatan/Observasi (Observation)Lembar Pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi (observation sheet, observation schedule), (checklist)

4


Ujian/Tes (test)Soal ujian, soal tes atau tes (test), inventori (inventory).

5


DokumentasiDaftar cocok (checklist) Tabel

 Beberapa hal yang penting dalam menyusun instrumen


Menurut (Nana Sudjana), dalam penyusunan instrument penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1.    Masalah dan variable yang diteliti termasuk indicator variable harus jelas sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis istrumrn yang digunakan.

2.     Sumber data/ informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistimatika item dalam instrument penelitian.

3.      Keterandalan dalam instrument itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, objekvitas, dll.

4.      Jenis data yang diharapkan dari pengguna instrumen harus jelas. Sehingga peneliti dapat menetukan gaya analisis dan pemecahan masalah penelitian.

5.      Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Sarana instrument penelitian



  1. Angket


Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan pada orang lain dengan tujuan agar orang yang diberi bersedia memberikan respon yang sesuai. Angket dibedakan menjadi tiga yaitu :

  1. Angket Terbuka


Angket yang disajikan dalam bentuk isian. Tentunya disertai dengan pertanyaan.

  1. Angket Tertutup


Angket yang disajikan dalam bentuk sederhana, yang mana responden tinggal membri tanda centang pada kolom yang disediakan terhadapat jawaban yang sesuai dengannya. Biasanya dalam bentuk multipelchoise.

Contoh pertanyaan angket tertutup:

1)  pernahkan Anda memperoleh penataran yang menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?

Jawab: …………………………….  ….a. Pernah ….b. Tidak

Jika pernah, penataran tentang apa saja? (dapat memberikan centang lebih dari satu)

….a.    materi bidang studi

….b.    metode mengajar/strategi belajar-mengajar

….c.    memilih dan penggunaan media/alat pelajaran

….d.    menyusun alat evaluasi

  1. Campuran


Disamping dari kedua ini ada combinasi dari dua jenis angket di atas.

  1. Daftar Cocok (Checlist)


Ini hampir sama dengan angket tertutp, karena hanya tinggal member tanda pada tes yang diberikan terhadap jawaban keadaan kita. Bedanya dengan angket, checklist dibuat sedikit lebih sederhana.






































NoJenis kegiatan di rumahDikerjakan oleh AndaDikerjakan bersamaDikerjakan pembantu
1Menyiapkan makan pagi
2Membersihkan rumah
3Mencuci pakaian sendiri


  1. Skala


Skala menunjuk pada sebuah instrument pengumpul data yang bentuknya sperti daftar cocok tapi alternative yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. Skala banyak digunakan untuk mengukur aspek-aspek kpribadian atau kejiwaan.

Contoh:

Peneliti ingin mengungkapkan bagaimana seseorang mempunyai sesuatu kebiasaan. Alternatif yang diajukan berupa frekuensi orang tersebut dalam melakukan suatu kegiatan. Gradasi frekuensi dibagi atas: “Selalu”, “Sering”,. “Jarang”, “Tidak pernah”. Skala yang diberikan kepada responden adalah sebagai berikut:



































NoJenis Kegiatan di RumahSelaluSeringJarangTidak pernah
1Bangun sebelum jam 5 pagi
2Menyiapkan makan pagi
3Membersihkan rumah

Jenis instrument penelitian



  1. Tes


Yaitu suatu alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun lisan. Sehingga dapat mengetahui kemampuan individu  yang bersangkutan.

  1. Kuesioner/wawancarfa


Instrument penelitian dalam bentuk pertanyaan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, prespsi, keinginan, keyakinan, dll secara tertulis. Dan apabila dilakuakan dengan menggunakan lisan maka disebut wawancara. Untuk lebik baiknya ini digabungkan, antara liasan dan tilisan untuk memperkuat data.

  1. Skala


Merupakan alat untuk mengukur nilai/keyakinan, sikap dan hal-hal yang berkaitan dengan personological. 

  1. Observasi/Pengamatan


alat pengumpul data yang banyak digunakan untuk mengukkur tingkah laku individu baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan

  1. Sosiometri


alat pengumpul datayang dipergunakan untuk memproses sosial terutama hubungan sosial individu dalam kelompok

Langkah – langkah dalam menyusun instrumen


Secara umum penyusunan instrumen pengumpul data dilakukan dengan penahapan sebagai berikut:

  1. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.

  2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.

  3. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.

  4. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.

  5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

  6. Melengkapi instrumen dengan (pedoman atau instruksi) dan kata pengantar.


Ciri Instrumen yang Baik :



  1. Valid (shahih)/ validitas

  2. Reliabel (ajeg)/reliabilitas\

  3. Sensitif

  4. Obyektifitas tinggi

  5. Fisibilitas baik


Validitas dan Realibilitas Penelitian


Dalam suatu penelitian yang dihasilkan poleh suatu instrumen misalnya nya saja warana objek adalah warna merah, akan tetapi data yang terkumpul memberikan data berwarna lain, maka hasil penelitian itu tidak valid. Sedangkan hasil penelitian yang reliabel diperoleh bila terdapat kesamaan data yang terkumpul dalam kurunwaktu yang berbeda atau pun pengukuran yang berulang – ulang. Misalnya warna objek beberapa waktu lalu adalah merah, maka pada saat ini dan besok tetap merah.

Validitas


Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas jika instrumen atau alat ukur yang dibuat bisa dengan tepat mengukur objek yang akan diukur.

Jenis Validitas

  1. Validitas Isi (Content Validity)


instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukurefektivitas pelaksanaan program dan tujuan.

  1. Validitas Konstruk (Construct Validity)


Jika instrumen dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan sesuai dengan teori-teori yang relevan.

  1. Validitas yang berkaitan dengan kriteria (Criterion-related Validity)


Terjadi ketika sebuah instrumen membedakan individual pada kriteria yang akan diperkirakan

Untuk mendapatkan data yang valid dalam metode kuantitatif diperlukan instrumen yang valid, oleh karenanya diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument menggambarkan tingkat instrument yang mampu mengukur apa yang akan diukur (Suharsimi Arikunto; 2003: 219). Di sini dijelaskan

dua jenis validitas instrument penelitian yaitu :

  1. validitas logis


instrument tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan

  1. validitas empiris


validitas empiris apa bila suatu instrument dapat mengungkap semua data yang ditangkap oleh panca indera yang ada pada obyek di lapangan.

Reliabilitas


Reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil yang sama meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama.

Reliabilitas Instrumen dapat di uji dengan :

  1. Test-retest Realiability


Dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Menggunakan sebuah instrumen, namun diteskan dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas. Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang digunakan yaitu rumus korelasi Pearson.

  1. Equivalent/Paralel – form realibility


Pertanyaan dalam bentuk kalimat yang berbeda tapi maksudnya sama. Sejak awal peneliti harus sudah menyusun dua perangkat instrumen yang paralel (ekuivalen), yaitu dua buah instrumen yang disusun berdasarkan satu kisi-kisi. Setiap butir soal dari instrumen yang satu selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen kedua. Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka hasil kedua instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus product moment (korelasi Pearson). Korelasi antara skor-skor yang didapatakan pada dua bentuk itu merupakan koefisien reliabilitas tes.

  1. Internal Consistency Reliability


Diuji dengan menganalisis yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

Reliabilitas Belah-Separuh (Split-Half Reliability).

Peneliti boleh hanya memiliki seperangkat instrumen saja dan hanya diujicobakan satu kali, kemudian hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrumen menjadi dua sama besar.

Dilain pihak dalam reliablitas tes-retes dan reliabilitas bentuk-alternatif, tiap skor didasarkan pada jumlah soal penuh pada tes. Jika semua hal sama, semakin panjang sebuah tes, semakin dapat dihandalkan tes itu. Efek yang akan dihasilkan pada koefisiennya dengan memperpanjang atau memperpendek sebuah tes, dapat diperkirakan dengan rumus Spearman-Browon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Linux

Cisco