Kamis, 15 November 2012

Malam Satu Suro

baiklah kali ini mencoba bercerita tentang pengalaman yang baru saja terjadi, sebenarnya aku sendiri masih ragu bisa menuliskannya dengan baik atau tidak, mungkin bisa dimulai setelah aku pulang ke kos dari makan malam. Sampai di kos teman - teman di kos banyak yang kosong, maklum lah kan sedang long week ends. tapi masih ada yang sedang kumpul untuk meramaikan kos yang sudah kaya kuburan sepinya. (mungkin kuburan aja lebi rame sama org yang pacaran.he") setelah lama ngobrol ga genah kesana kemari, eh ada yang inget kalo malam itu merupakan malam satu suro. langsung aja aku nyeletus ide untuk pergi ke alun - alun siapa tahu bisa melihat pusaka -  pusaka yang dimandiin. hehehe

tadinya itu ide pun hanya mengira pasti di alun2 juga sepi, itu alasan aja biar bisa pergi rame - rame. tadinya aku itu menjadi ide buruk karena waktu itu sudah menunjukan pukul 23.00 lebih dan susah buat ngajak pergi malem2. tapi tak dikira ada temenku yang respek dan langsung mengiyakan pergi bareng,, (ternyata baru aku ketahui alasan dia hanya karena ingin meluapkan rasa malas setelh bimbingan skripsi tadi siang). dan karena sudah sepakat. langsung saja aku siapkan motor dan jaket dan jeans lusuh kesayangan biar keliatan sangar.

ternyata dijalan keadaannya sepi dan hanya ada beberapa kendaraan yang lalu lalang.  setelah melalui kali code dan lewat tugu jogaja langsung masuk ke jalan malioboro,,,, ternyata di malioboro justru sama sepinya. tidak seperti bianya dijogja kok ya di jalan malioboro jam 12 sudah sepi dan hanya terlihat beberapa gelintir orang.

akhirnya setelah melewati jalan malioboro sampai juga di tempat tujuan yaitu alun - alun utara. yang tadinya aku kira akan sepi ternyata sudah ada banyak kendaraan terparkir dan terlihat beberapa gerumbolan orang. awalnya sih aku kira sedanga ada ritual memandikan pusaka keraton, jadi segera parkir motor dan masuk ke kerumunan orang itu.

cepat - cepat aku parkir motor agar bisa segera melihat apa yang dilakukan sama kerumunan itu, setelah sampai di kerumunan itu ternyata ada semacam sesajen dan membakar dupa yang bau - nya membuat pusing kepala, disitu bukan  hanya ada satu tempat untuk membakar kemenyan tapi ada tiga atau empat yang semakin membuat pusing kepala. Sedang asik - asik mengamati kemenyan dan dupa - dupa yang lain ternyata ada kerumunan dibalik kerumunan yang saya tempati(aduh bahasanya mudeng.i ga ya). cepat - cepat aku kesana untuk cari tahu dan masih berharap kalo ada yang masih mandiin pusaka, pengen banget liat pusaka keraton aku tuh.

dan bergegas ke tempat ke kerumunan berikutnya, namun kali ini berbeda tempat pertama begitu gelap dan bau ga enak tapi yang kedua ini bau wangi dan tempatnya terang, setelah  menelusup - menelusup kaya detektif akhirnya bisa sampai barisan depan. dibarisan depan baru sadar ternyata kerumunan itu hanya melihat 3 orang keraton. 1 orang yang sudah agak sepuh kira - kira usianya seusian embah saya (dikira - kira sendiri ya patokkannya mbahnya kita aja) yang sedang duduk diatas kursi,, eits tapi bukan kursi goyang melainkan kursi plastik warna merah. kemudian seorang lagi tampang serem paruh baya pakai pakaian putih - putih dan di punggungnya (maksudnya punggung baju yang dikenakan) terdapat tulisan guru besar debus,, dan satu orang lagi perempuan paruh baya dandan ala2 keraton dan memakai kipas ala-ala keraton.

setelah tanya - tanya ternya embah-embah yang duduk itu namanya mbak KROMO orang keraton dan dia sedang menunggu saudara (mungkin adiknya) yang sedang kirab gunungan. sedikit kecewa juga ternyata gunungannya telah dikirab keliling benteng. selama menunggu datangnya kirab mbah kromo ini bisa diajak mengobrol dan berfoto - foto tapi inget harus sopan. pas aku liat ada orang yang tanya langsung ke mbah kromo sang asisten (kalo jaman sekarang, tapi berhubung adat jawa jadi namanya selir) memperingatkan orang tersebut supaya sopan. si penanya harus laporan dulu ke sang asisten (baca : selir) kemudian memberi tahu nama dan amau tanya apa sama mbah kromonya. dan semua itu dilakukan dengan duduk dibawah/ditanah. mbah kromonya kan tadi duduknya di kursi dan karena keduduka beliau tinggi jadi kita suruh duduk lebih rendah dulu baru bisa dibilang sopan untuk berbicara(adat kuno yang dulu sama mbah saya selalau diterapkan tapi sekarang setelah mbah tiada mulai luntur jua). oke balik lagi ke sipenanya tadi, setelah melapor ke sang asisten baru dia boleh bicara dengan mbah kromo. ternya mbah kromo ga segalak asistennya dia menjawb dengan nada tenang dan penuh senyuman disertai tata cara bicara yang menunjukan kelasnya.

setelah menunggu beberapa lama ternyata kirabpun hampir datang lagi melewati jaln Ibu Ruswo, segela persiapan untuk menyambut dipersiapkan, muali dari prajurit yang ,menyambut depersenjatai sebuah spanduk dan apa lagi saya lupa maklum tempat gelap dan banyak orang. penyambutan dilakukan di depan alun - alun utara dan tidak lama menunggu rombongan kirab datang dan segera ada ritual semacam mengobrol. lau gunungan di bawa lagi ke depan kraton, sampai disini pengunjung hampir memadati area jalan dan membuat ricuh dan macet perjalanan gunungannya. setelah samapai di depan hadapan mbah kromo sang adik laporan telah keliling membawa gunungan keliling benteng, saat itu orang - orang yang jalan membawa dan mengikuti kirab terlihat kecapekan dan ada yang yang sampai sakit, katanya sang adik mbah kromo pun tidak enak badan. tapi laporan tetap berjalan cepat

setelah laporan kondisi depan kraton semakin panas dan dipenuhi oleh orang - orang yang ingin mendapatkan gunungan semuanya tidak sabar untuk dapat tempat paling dekat dengan gunungan agar dapat bagian baling banyak, sampai - sampai panitia harus mengingatkan berkali - kali agar tetap menjaga dan bersabar, karena gunungan akan di doakan terlebih dahulu. setelah terkondisikan dan semua penonton berjongkok, maka sang kyai dengan pakaian serba putih, mulai dari sorban baju bahkan jenggot pun putih, hehe beliau mendoakan kiraban tersebut dan yogyakarta serta pelajar - pelajr yogyakarta agar menjadi lebih baik lagi. doa yang dipanjatkan disertai gerakan tangan seperti film laga di tipi - tipi dan pada akhir doanya dengan kalimat "SUMONGGO" orang - orang yang ada seeperti kerasukan jin yang disertai nafsu membara untuk mendapatkan gunungan, semuanya berdesak-desakan agar dapat mengambil  bahan pangan yang ada digunungan muali dari hasil bumi dan buah-buahan,. 2 buah gunungan tidak sampai 5 menit telah habis tak bersisa diserbu banyak orang. dan ada salah satu pengunjung yang harus rela terinjak-injak dan samapai lemas karena menahan ratusan atau mungkin ribuan  orang yang ingin mengabil dari gunungan tersebut.

konon katanya gunungan itu berkhasiat atau oembawa keberuntungan bahkan bambu yang digunakan untuk kirab jika kita tempatkan disawah maka sawah maka padi akan tumbuh subur tidak banyak hama dan untung berlipat - lipat. itu merupakan kepercayaan saja menurut saya. tapi yang terpenting adalah usaha kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. kita harus rajin ulet dan tidak gamapang menyerah.

dan akhirnya karena alasan konyol yaitu tidak mau kotor dan tidak mau terjadi apa-apa sama sandal saya, saya harus merelakan orang - orang melewati saya untuk mengambil gunungan, padahal posisi saya ada tepat di tengah - tengah kerumunan, saya hanya terdiam dan merenung betapa manusia memang diberi nafsu dan ketika nafsu itu talh dipancing maka akan ada kelakuakn yang tidak wajar.

dan setelah puas melihat perayaan satu suro saya pun pulang dan tetap terus berfikir, kenapa orang bisa menjadi berubah jika menuruti nafsu, selain itu, dengan melihat jalannya kirab masih ada hikmah yang dapat diambil, yaitu jika kamu telah berkeyakinan pegang teguh keyakinanmu, jika itu adat maka anggap saja kita sedang melestarikan budaya bukan untuk meminta kepada yang bukan Maha Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Linux

Cisco